Friday, July 29, 2011

DANAU SINGKARAK kab solok sumatra barat


Danau Singkarak berada pada letak geografis koordinat 0, 36 derajat Lintang Selatan (LS) dan 100,3 Bujur Timur (BT) dengan ketinggian 363,5 meter diatas permukaan laut (mdpl). Luas permukaan air Danau Singkarak mencapai 11.200 hektar dengan panjang maksimum 20 kilometer dan lebar 6,5 kilometer dan kedalaman 268 meter. Danau ini memiliki daerah aliran air sepanjang 1.076 kilometer dengan curah hujan 82 hingga 252 melimeter per bulan.
http://morishige.wordpress.com/Memang tak bisa dipungkiri, pemandangan di sekitar obyek wisata alam ini begitu menawan. Begitu fantastis. Mata ini tak bosan melihat hamparan air kebiruan yang jernih dengan riak-riak kecil mengiringinya. Juga, butiran pasir halus yang membentang di bibir danau. Di tengah danau, perahu kecil milik nelayan sedang mengarungi danau yang tenang, tempat bersemayam aneka jenis ikan. Juga hilir mudik perahu motor atau becak danau yang disewakan bagi wisatawan.
Pohon-pohon yang tumbuh di sepanjang tepian danau menjadi pembatas antara daratan dan air. Bahkan beberapa sudut ada areal persawahan yang menghijau, membuat suasana semakin tentram. Apalagi, hamparan Bukit Barisan melatarbelakanginya tanpa batas, dan dari kejahuan bisa disaksikan Gunung Singgalang dan  Marapi yang berdiri gagah seolah menjaga ketenangan danau ini.
Lingkungan yang asri, hawanya yang sejuk, suasananya yang tenang, damai, aman dan nyaman menjadi pesona bagi yang mengunjunginya. Pesona Danau Singkarak, memang tak pernah habis kalau diceritakan. Karenanya danau terbesar kedua di Sumatera, setelah danau Toba menjadi primadona bagi Sumbar menjadi daerah tujuan wisata unggulan, sekaligus menjadi destinasi pelengkap bagi wisatawan yang berwisata ke provinsi.
Danau Singkarak berada di dua kabupaten di Sumatera Barat, Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah Datar. Dengan luas 107,8 km² danau ini merupakan danau terluas ke-2 di Pulau Sumatera. Danau ini merupakan hulu Batang Ombilin. Air danau ini sebagian dialirkan melewati terowongan menembus Bukit Barisan ke Batang Anai untuk menggerakkan generator PLTA Singkarak di dekat Lubuk Alung, Padang Pariaman.
Kereta Api di tepi Danau SingkarakLokasi Danau seluas 129.70 Km2 ini juga sangat strategis, berada di pinggir jalan antara Kabupaten Tanah Datar dan Solok. Lantaran lokasinya mudah dijangkau, sehingga wisatawan dapat menikmati pemandangan dari sisi yang dikehendaki di pinggir danau yang berliku-liku. Bahkan wisatawan yang datang menggunakan kendaraan pribadi bisa menikmati keindahannya dari atas mobilnya.
Di tempat wisata ini Anda dapat melakukan aktivitas bersampan hingga ke tengah danau dengan menggunakan sampan sewaan. Airnya yang bening dan sejuk menambahkan keasrian danau nan menawan ini. Bunyi riak-riak air danau yang menghempas ke pasir di pinggiran, juga menambah suasana menjadi syahdu. Tak jauh dari areal danau terdapat sebuah tempat peristirahatan Biteh Kacang, tepatnya yaitu di pinggiran Danau Singkarak.
Danau Singkarak juga dikenal sebagai tempat yang cukup menjanjikan sebagai daerah wisata memancing. Hal ini dibuktikan dengan ramainya kawasan di seputaran Danau Singkarak dengan para pemancing yang berasal dari kota sekitar danau maupun dari luar Propinsi Sumatera Barat. Diantara jenis ikan-ikan yang umum dipancing yaitu asang, piyek, balingka, baung, dan ikan yang menjadi legenda Sasau, yang konon dapat mencapai ukuran berat hingga 8 Kg. Aktivitas lainnya yang dapat dilakukan adalah olah raga dayung. Lomba Dayung kerap diselenggarakan di Danau Singkarak, dan merupakan salah satu program pemerintah daerah setempat untuk mempromosikan tempat wisata danau Singkarak.
berkeliling danau singkarak
Dari Bandara Minangkabau Padang ditempuh hanya sekitar 1,5 jam-2 jam dengan angkutan umum yang tarifnya sekitar Rp 25.000 sampai Rp 30.000. Juga, jika berkereta dari Padangmelalui simpang tiga pekan Solok, pasti melewati danau ini. Dan bila menyusur dari Bukittinggiyang telaknya hanya sekitar 36 Km dari Bukittinggi, akan melewati banjaran gunung yang terbungkam di sebelah kiri jalan. Di kaki gunung, suasana petak-petak sawah dipenuhi anak-anak padi yang terliuk-liuk dihembus sang bayu.
Selain tempat berwisata yang mengasyikkan, Danau Singkarak juga digunakan sebagai tempat olahraga (sport tourism) seperti di darat bisa untuk jalan santai, jogging, senam. Di danau untuk olahraga berenang, fishing, dayung dan olahraga udara seperti paragliding, terjun bebas, parasailing, paralayang yang melayang di udara bebas dengan pemandangan yang indah. Apalagi, Danau yang terletak pada ketinggian 36,5 meter dengan suasana berbukit maka sangat cocok untuk paralayang.
Memang kini, aktivitas Danau Singkarak semakin semarak. Apalagi, berbagai event nasional dan internasional mulai digelar di kawasan danau ini. Bahkan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) bekerjasama Pemprov Sumbar menggelar lomba balap sepeda pertama kali di kawasan Danau Singkarak bertitel ‘Tour of Singkarak 2009′, yang telah digelar pada 30 April hingga 3 Mei 2009 yang lalu. Tour Singkarak ini, terdiri lima etape didahului dengan mengelilingi kota Padang, etape II adalah Padang-Bukittinggi sejauh 92,3 km, Bukittinggi-Sawahlunto sejauh 85,1 km, Sawahlunto-Danau Singkarak 90,2 km dan terakhir adalah etape V Danau Singkarak-Danau kembar (danau atas dan bawah) lalu kembali ke Danau Singkarak sepanjang 188 km.
Satu lagi keunikan yang berada di Danau Singkarak, yaitu Ikan Bilih. Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis) merupakan spesies ikan endemik (yang diperkirakan hanya hidup di danau ini), dan menjadi salah satu makanan khas. Penelitian para ahli mengungkapkan 19 spesies ikan perairan air tawar hidup di habitat Danau Singkarak, Kabupaten Solok dan Tanah Datar, Sumatera Barat (Sumbar), dengan ketersediaan bahan makanannya yang terbatas. Dari 19 spesies itu, tiga spesies di antaranya memiliki populasi kepadatan tinggi, yakni ikan Bilih/Biko (Mystacoleusus padangensis Blkr), Asang/Nilem (Osteochilus brachmoides) dan Rinuak. Spesies ikan lainnya yang hidup di Danau Singkarak adalah, Turiak/turiq (Cyclocheilichthys de Zwani), Lelan/Nillem (Osteochilis vittatus), Sasau/Barau (Hampala mocrolepidota) dan Gariang/Tor (Tor tambroides).
Ikan Bilih
Kemudian, spesies ikan Kapiek (Puntius shwanefeldi) dan Balinka/Belingkah (Puntius Belinka), Baung (Macrones planiceps), Kalang (Clarias batrachus), Jabuih/Buntal (Tetradon mappa), Kalai/Gurami (Osphronemus gurami lac) dan Puyu/Betok (Anabas testudeneus). Selanjutnya, spesies ikan Sapek/Sepat (Trichogaster trichopterus), Tilan (mastacembelus unicolor), Jumpo/Gabus (Chana striatus), Kiuang/Gabus (Chana pleurothalmus) dan Mujaie/Mujair (Tilapia pleurothalmus).
Dengan hanya ada 19 spesies ikan yang hidup di Danau Singkarak menunjukkan keanekaragaman ikan di tempat itu tidak telalu tinggi. Kondisi mesogotrofik Danau Singkarak yang menyebabkan daya dukung habitat ini untuk perkembangan dan pertumbuhan organisme air seperti plankton dan betos, sangat terbatas. Dari beberapa kali penelitian menunjukan populasi plankton dan betos di Danau Singkarak sangat rendah. Padahal komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) merupakan basis dari terbentuknya suatu mata rantai makanan dan memegang peranan sangat penting dalam suatu ekosistem danau. Kondisi tersebut, menyebabkan sumber nutrisi utama ikan secara alamiah umumnya adalah berbagai jenis plankton dan bentos.
Ikan bilih merupakan ikan khas (endemik) Danau Singkarak. Ikan pemakan plankton sepanjang 6-12 sentimeter ini hasil evolusi selama berjuta-juta tahun—mungkin lebih—di lingkungan danau itu. Ikatan antara ikan ini dan danaunya sangat erat, ”Sampai-sampai belum bisa dibudidayakan di kolam buatan,” Suatu kali, serombongan peneliti dari Amerika Serikat yang terpikat akan kelezatannya pernah mencoba membudidayakan ikan itu. Di negerinya, ikan ini dikembangkan di kolam buatan. Kondisi lingkungan kolam itu dibuat semirip mungkin dengan Danau Singkarak. Hasilnya: nol besar.
Namun saat ini, ikan bilih telah berhasil dibudidayakan di Danau Toba, Sumatera Utara. Warga setempat menyebutnya ikan Pora-pora. Ikan pora-pora adalah ikan bilis dan berasal dari Singkarak. Ikan ini berada dan hidup di Toba sejak sekitar enam tahun lalu, dibawa oleh para peneliti Badan Riset Kelautan dan Perikanan Jakarta. Jumlahnya sekitar 5.000 ekor. Tujuannya waktu itu adalah untuk mengisi relung makanan yang belum dimanfaatkan oleh ikan yang ada di Danau Toba.
Karena habitat barunya cocok untuk tumbuh dan berkembang biak, di Toba ikan bilih itu cepat berkembang. Bahkan ukuran ikan bilih di Danau Toba lebih besar daripada di habitat aslinya. Toh, meski keberlangsungan spesies ini terjaga di Toba, dikhawatirkan ikan bilih di Toba mengancam ikan asli di danau itu. Soalnya, jika populasi ikan bilih berkembang terlalu pesat, ikan pendatang ini akan mengurangi ketersediaan pakan untuk ikan asli danau tersebut.
Karena itu, pemerintah diminta tetap mengupayakan pelestarian ikan bilih di rumah aslinya. Caranya dengan melakukan restocking (penebaran bibit baru) ikan bilih di Danau Singkarak seperti yang dulu dilakukan di Toba. Sebenarnya, restocking ikan bilih pernah dilakukan di Singkarak. Waktu itu yang punya hajat Perusahaan Listrik Negara, yang menggunakan air danau sebagai pembangkit listrik. Tapi kini program itu terhenti. Padahal restocking harus dilakukan kontinu selama beberapa waktu. Soalnya, kini di danau itu ada tanggul pembangkit listrik yang membendung Sungai Batang Ombilin—satu-satunya tempat keluar air dari Danau Singkarak, dan tanggul ini menghambat ruaya (migrasi saat akan kawin) ikan.
Langkah pelestarian lainnya yang tak kalah penting adalah pengatuaran secara ketat penangkapan ikan ini oleh nelayan, karena ancaman kepunahan ikan iblis dari Singkarak akibat penangkapan yang berlebihan. keadaan ini terjadi sejak akhir 1990-an. Nelayan mulai menangkap ikan ini dengan jaring bermata kecil, akibatnya, ikan bilih tak sempat berkembang biak, karena belum bertelur sudah tertangkap. Padahal, pada zamannya dulu, nelayan di sekitar Danau Singkarak punya aturan tak tertulis dalam menangkap ikan ini. Mereka hanya menggunakan mata jaring berukuran besar—2 sampai 3 inci. Jika mereka merasa jumlah tangkapannya mulai berkurang, penangkapan ikan ini dihentikan selama dua sampai enam bulan. Penangkapan ikan dengan bom dan racun juga kerap terjadi di danau ini.
Langkah pelestarian lainnya adalah dengan membuat daerah suaka. Di daerah ini penangkapan ikan harus dilarang. Tujuannya untuk melindungi habitat pemijahan dan pembesaran ikan bilih. Tanpa langkah terpadu itu, ikan bilih akan lenyap dari Danau Singkarak. ”Bisa-bisa nanti orang malah hanya mengenal ikan bilih dari Danau Toba.


BERKUNJUNG ke Sumatera Barat belum lengkap rasanya tanpa menyempatkan ke Danau Singkarak. Daerah dengan hamparan pasir yang landai mengundang Anda untuk bercumbu dengan riaknya air danau yang terasa dingin menjilat jemari lembut Anda. Benar-benar pesona yang tidak akan terlupakan.

Anda layangkan pandangan ke arah jalan raya, terlihat jajaran pohon yang menghijau di sepanjang pinggiran danau. Di samping indah, Danau Singkarak juga cocok digunakan sebagai tempat olahraga (sport tourism) seperti di darat bisa untuk jalan santai, jogging, ataupun senam.

Di danau untuk olahraga berenang, fishing, dayung dan olahraga udara, seperti paragliding, terjun bebas, parasailing, atau paralayang yang melayang di udara bebas dengan pemandangan yang indah.

Selain pemandangan yang indah, Danau Singkarak juga memiliki keistimewaan yang lebih dibandingkan danau lainnya di dunia. Berbagai jenis ikan hidup pada danau air tawar itu.

Setidaknya, saat ini ada 19 jenis ikan, seperti ikan asang, piyek, balingka, baung, dan ikan sasau, yang konon dapat mencapai ukuran berat hingga 8 kilogram. Juga ada spesies ikan langka yang mungkin hanya satu-satunya di dunia. Spesies ini bernama ikan bilih (Mystacoleucus Padangensis).

Ikan bilih hanya ada satu-satunya di Danau Singkarak. Ikan yang terkenal gurih ini akan menjadi oleh-oleh tidak terlupakan. Bagi warga sekitar, ikan ini menjadi sumber mata pencarian.

Namun karena ikannya makin langka, harganya pun lumayan bervariasi. Para nelayan di Danau Singkarak, ikan itu dijual dengan harga Rp15 ribu per kilogram. Akan tetapi, kalau sudah masuk ke pasar, harganya meningkat menjadi Rp50 ribu per kilogram.

Bila sudah lelah bercumbu dengan air danau dan lapar datang, Anda tidak akan kesulitan mencari makan-makan khas danau Singkarak, baik itu pangek sasau yang terkenal enak, maupun goreng bilih yang tersedia di warung-warung makan di sekitar Danau Singkarak.

Tetapi bila Anda membawa bekal dari rumah, tinggal membentangkan tikar dan menikmati makanan tentu akan terasa lebih nikmat, makan di pinggir danau berair jernih ditemani ikan-ikan bilih yang berenang sesuka hati serta riak-riak kecil air.

Bagi Anda yang membawa anak-anak untuk berwisata ke Danau Singkarak disarankan tidak berhenti di sepanjang jalan di pinggir danau, tetapi mengunjugi objek wisata Tanjung Mutiara yang terdapat di Batu Taba Kecamatan Batipuh Selatan. Tanpa mengurangi keindahan alam yang memesona, Anda dan keluarga dapat bermain air dengan tenang dan nyaman.

Sementara bagi penyuka olahraga sepeda, dapat mengelilingi Danau Singkarak sambil menikmati keindahan pemandangan yang begitu memesona; hamparan sawah, nyiur melambai, nelayan dan kesibukannya mencari ikan, dapat Anda saksikan di sepanjang jalan yang melingkari danau tersebut.

Untuk mencapai danau seluas 129.70 kilometer persegi ini sangatlah mudah, baik dengan mengunakan angkutan umum maupun pribadi. Dari bandara internasional Minangkabau hanya ditempuh waktu dua jam perjalanan dan tarif angkutan sebesar Rp35 ribu. Harga yang cukup murah untuk suatu keindahan tiada tara persembahan wisata alam Tanah Datar.

DANAU TOBA


Danau toba sendiri merupakan danau vulkanik yang terjadi saat ada ledakan gunung berapi pada 69.000 - 77.000 tahun lalu, diperkirakan juga sebagai salah satu ledakan gunung berapi terbesar di dunia.

Kalau kawan sekalian mau pergi melihat danau toba, disarankan untuk singgah ke kota parapat. Dari sana bisa melihat keindahan danau toba yang lebih jelas. Parapat juga termasuk salah satu kota pariwisata di sumatera utara. Jadi jangan khawatir untuk urusan akomodasi, perhotelan, dan sejenisnya. :) Mudah mudahan disana tersedia. Dan juga nantinya dari parapat, akses menuju kedaerah wisata toba lain disekitarnya lebih mudah, karena ada kapal, ferry, atau sejenisnya yang siap untuk mengangkut.

Mayoritas etnis penduduk di sekitar daerah danau toba adalah batak. Pada umumnya masyarakat disana bermatapencaharian sebagai petani, pedagang, dan nelayan. Sy pribadi sebenarnya cukup kagum dengan danau toba dan potensi alamnya terlepas dari fakta yang bilang bahwa jumlah turis sudah menurun disana akibat kurang perhatian dan perawatan dari pihak yang bertanggungjawab.
Apapun itu danau toba memang akan jadi tanggung jawab kita bersama dan wajib untuk dilestarikan.

gambar danau toba































































asal mula danau toba,
sekitar 73000 tahun lalu terjadi letusan vulkanik,,  yang abu vulkaniknya diperkirakan sampai afrika selatan
, dan disinilah awal mulanya muncul danau toba ,,akibat letusan tersebut terbentuklah sebuah cekungan dan lama kelamaan cekungan terisi air dan membentuk danau toba,,,,

Cerita rakyat tentang danau toba

Alkisah pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang nelayan bernama Toba. Suatu hari, dia memancing ikan di sungai. Dia mendapatkan seekor ikan Mas dan membawa ikan tersebut pulang. Syahdan, ikan tersebut dapat berbicara. Ikan tersebut meminta Toba untuk tidak memakan nya dan Toba pun menyanggupi permintaan itu.
Kemudian, voila.. ikan tersebut menjelma menjadi seorang wanita cantik nan jelita. Melihat kecantikan wanita jelmaan ikan tersebut, Toba pun tak kuasa menahan gejolak dalam hati dan jatuh hati kepadanya. Ketika diajak untuk menikah oleh Toba, ikan tersebut bersedia dengan satu syarat, yakni ketika mereka punya anak kelak, Toba tidak boleh mengatakan bahwa anak mereka adalah anak ikan. Toba pun bersedia.
Setelah menikah, mereka dikaruniai seorang anak yang diberi nama Samosir. Suatu hari, Samosir disuruh ibunya mengantar makan kepada ayahnya yang sedang bekerja di ladang. Namun ditengah jalan, Samosir tidak sengaja menjatuhkannya. Samosir memungutnya dan memasukkan kembali ke tempatnya. Ia lalu memberikan nasi kotor itu kepada ayahnya. Tragis, mendapati nasinya bercampur tanah, Toba menjadi naik pitam. ia berkata “Na botul do ho anak ni dengke. Dang suman pangalahom songon jolma. Lao ho sian on dengke!”. (Batak: “Kau benar-benar adalah seorang anak ikan. Tak cocok lah sifatmu seperti seorang manusia. Pergilah kau dari sini anak ikan!”). Samosir lalu berlari ke Ibunya sambil menangis.
Toba menyadari bahwa dia telah melakukan suatu kesalahan. Seketika itu juga, petir muncul dan menyambar, hujan turun dengan derasnya. Samosir disuruh ibunya untuk pergi ke gunung dan memanjat pohon tertinggi. Dalam sekejap sungai meluap bak lautan menenggelamkan desa tempat Toba hidup dan daerah di sekitarnya. Toba beserta penduduk di sekitar sungai tenggelam dalam luapan air bah. Sang wanita tersebut pun berubah kembali menjadi ikan. Gunung tempat Samosir menyelematkan diri kemudian berubah menjadi pulau di tengah-tengah danau, yang hingga saat ini kita kenal dengan nama pulau Samosir.

Keistemawaan danau toba,, Keindahan Danau Toba sangat mengagumkan. Danau itu dikelilingi oleh perbukitan, sehingga suasana di sekitar danau terasa nyaman, udaranya segar dan sejuk. Para pengunjung dapat menikmati keindahannya dengan berenang atau pun menyewa perahu motor, mengitari sekitar danau. Di sore hari, pengunjung dapat menikmati suasana yag lebih hening dengan pemandangan cahaya matahari terbenam yang begitu indah.