Wednesday, February 6, 2013

PANTAI PASIR PADI - BALITUNG




 PASIR PADI BEACH





Pantai Pasir Padi berjarak 7 Km dari Pangkalpinang ibu kota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pantai Pasir Padi ini merupakan satu-satunya kawasan wisata paling ramai yang dikunjungi masyarakat kota Pangkalpinang. Pantai Pasir Padi memiliki karakteristik pantai berpasir putih dengan laut biru tenang. di pantai ini sinar pagi sang surya memancar indah setiap hari, sehingga banyak wisatawan baik dari daerah sekitar, dari berbagai daerah diluar pulau Bangka, bahkan dari mancanegara, mengunjungi pantai pasir padi.
Keunikan Pantai Pasir Padi yang memiliki garis pantai sepanjang 100 hingga 300 m adalah ombak yang tenang dan kontur pasir yang padat, putih dan halus. Oleh sebab itu, pantai ini nyaman untuk pejalan kaki bahkan dapat di lalui oleh kendaraan bermotor roda empat maupun roda dua.
Pantai yang mempunyai pemandangan alam yang sangat indah ini berada tidak jauh dari Pulau Punan, yang dapat dikunjungi dengan berjalan kaki ketika air laut surut. Selain itu, juga terdapat Pulau Semujur dan Pulau Panjang yang berada sekitar 2,5 Km di perairan Pasir Padi.
Pantai kunjungan wisata yang paling digemari oleh semua tingkat usia ini sangat nyaman untuk mandi atau berjemur, karena kehangatan air lautnya, dan ketenangan ombaknya. Banyak kelompok pengunjung yang sengaja datang untuk bermain bola kaki di pantai. Bagi pemuda yang mempunyai sifat dinamis pantai ini merupakan surga untuk mengadu ketangkasan dan kecepatan bersepeda motor. Bahkan Ikatan Motor Indonesia (IMI) sering menggelar balapan sepeda motor, sebagai penyaluran jiwa dinamis anak-anak muda penggemar kebut-kebutan di jalan raya. Menjelang senja banyak pengunjung datang sekedar untuk menikmati udara sore dan menyaksikan kemeriahan Pantai Pasir Padi. Pantai Pasir Padi sering menjadi tempat penyelenggara acara keagamaan seperti pechun dan acara-acara lainnya.
Untuk menunjang sektor pariwisata Pantai Pasir Padi, sejumlah akomodasi yang berupa hotel berbintang, dengan fasilitas lengkap, seperti restoran, dan ruang konferensi, pameran dan lain-lain, tersedia. Selain itu warung-warung tradisional yang menyajikan berbagai hidangan laut menambah variasi akomodasi pantai itu.
 Wisata ke pantai, tentu yang dicari adalah air dan deburan ombak. Namun, di Pangkalpinang, Bangka Belitung, ada Pantai Pasir Padi yang tetap cantik saat surut. Panoramanya sangat mengagumkan.
Tidak ada habisnya bila Anda ingin mengeksplor keindahan alam yang ditawarkan oleh Pulau Bangka Belitung. Salah satu sudut yang ingin saya bagi kali ini adalah keindahan Pantai Pasir Padi saat surut.
Mungkin tidak terbayangkan sebelumnya, apabila Anda sudah melihat fenomena pantai yang terjadi secara alami di sini. Pada hari itu, saya berkunjung ke Pasir Padi Bangka untuk pertama kali. Beruntung, cuaca tidak cerah dan tidak juga mendung.
Hal pertama yang saya lakukan adalah bersantap siang sambil menikmati angin pantai yang memanjakan. Benar sekali, pantai ini pas untuk Anda yang ingin berlibur ke suatu tempat saat bukan musim liburan. Apalagi buat traveler yang menyukai ketenangan seperti saya.
Ketika saya berkunjung ke sana, cuaca mendung dan sedikitnya wisatawan yang datang, membuat saya senang karena bisa menikmati pantai tanpa ada suasana ramai. Selain itu, belum banyak terdapat restoran di sini dan dari segi harga makanan juga tidak terlalu mahal.
Selesai bersantap siang di salah satu restoran pinggir pantai, tanpa pikir panjang saya langsung berlari ke arah pantai. Selain cuaca yang tidak terlalu panas, saya melihat Pantai Pasir Padi sedikit surut dan lama-lama semakin surut.
Ada yang unik ketika saya melihat pantai yang semakin surut itu. Ternyata surutnya air pantai membuat saya bisa berada hampir di bagian dalam bibir pantai. Indah sekali. Saya seperti sedang berada di satu pulau kecil, pinggir pantai. Beruntungnya, saya bisa merasakan, melihat, dan mengagumi eksotisnya Pantai Pasir Padi saat surut. Jangankan wisatawan, saat surut mobil juga bisa masuk dan berjalan di bibir pantai.
Menikmati liburan di pantai bukan saja berharap pada cuaca cerah bukan? Mendung juga bisa jadi pemandangan indah nan eksotis, khususnya di Pantai Pasir Padi. Apalagi kondisi pantai yang seolah mengering. Menakjubkan!

http://www.visitbangkabelitung.com

How Companies Set Their Dividend-Payout Ratios

How Companies Set Their Dividend-Payout Ratios
Perkenalan
Sebagian besar literature teori keuangan untuk dividen berkonsentrasi 
dengan pertanyaan: Haruskah perusahaan membayar dividen? Atau, alternatifnya, manajemen dapat mempengaruhi harga saham mereka dengan pilihan kebijakan dividen mereka? Kesan negatif dari literatur  ini adalah tidak ada kebijakan dividen yang baik untuk sebuah perusahaan. Dinyatakan dalam waktu yang kuat, ada kesamaan-kesamaan yang menjadi alasan buruk mengapa suatu kebijakan  tidak sebaik yang lain, atau mengapa perusahaan harus membayar semua dividen.
Kesimpulan dasar  penelitian  ini terbagi ke dalam dua pertimbangan . Pertama, logika pada pasar modal ”sempurna” __di mana ada asumsi menjadi tidak ada biaya pembelian atau penerbitan sekuritas, tidak ada pajak, tidak ada “efek informasi” dari dividen, dan tidak ada pertentangan/konflik bunga antara manajer-manajer  perusahaan dan pemegang sekuritas.__mempertahankan bahwa sebuah kebijakan dividen perusahaan tidak akan  mempengaruhi nilai pasar. Kedua, membuktikan saran-saran fakta bahwa logika ini bisa diperluas ke”dunia nyata” dengan menunjukkan tinggi dan rendahnya dividen saham tidak menyajikan kepada investor dengan return yang berbeda secara sistematis.
Pada artikel ini, yang mana didasarkan pada sebuah studi yang lengkap tahun kemarin, saya akan menunjukkakan sebuah pendapat teorikal mengapa kebijakan dividen mungkin menjadi masalah untuk perusahaan, dan beberapa bukti empiris menyatakan bahwa ini salah. Dengan demikian, saya membuat sedikit pendekatan pada pertanyaan dividen yang telah dipelajari. Pelajaran saya tidak pernah secara langsung menunjukkan isu apakah perusahaan harus membayar dividen. Saya tidak pernah melakukan penelitian untuk mengukur pengaruh dari kebijakan dividen alternatif  pada harga, pengembalian saham. Bahkan, saya memulai dengan mengenali pembayaran dividen perusahaan-perusahaan sukses, dan   banyak kedudukan dari  pemimpin menganggap keputusan dividen sebagai suatu hal yang penting.Selain itu, menekan laporan  dividen secara teratur , menggembar-gemborkan perubahan signifikan. Karena ini tidak sebijaksana sifat seperti perilaku keras hati  semata-mata kepada “secara irasional” pada investor dan manajemen, pekerjaan saya diam-diam  mengasumsikan bahwa ada alasan yang tepat bagi perusahaan untuk membayar deviden, dan untuk para investor  untuk membayar perhatian untuk pengumuman deviden.
Studi saya dimulai dengan observasi bahwa persentase pembagian laba  sebagai deviden ( rasio pembayaran deviden) di antara sekian banyak perusahaan, dan kemudian digunakan untuk menjawab rangkaian pertanyaan:  Apakah ada beberapa karakteristik keuangan yang teridentifikasi sehingga dapat dibedakan dengan jelas perusahaan-perusahaan yang membayar dividen tinggi dari itu yang mana dapat dipilih untuk membayar dengan porsi yang lebih kecil  dari laba mereka? Jika iya, Apakah itu perbedaan utama karakteristik yang mempengaruhi  pemilihan kebijakan dividen oleh manajemen? Atau mungkin mereka menunjukkan pertimbangan mendasar lain yang mana memberikan pengaruh pada keputusan dividen perusahaan?
Setelah mengidentifikasi beberapa faktor penentu penting yang potensial dari rasio pembayaran dividen, studi saya berlanjut untuk mengukur secara statistik “kekuatan jelas” pada setiap variable bunga. Dasar dari pengujian  ini, yang mana mengungkapkan pola konsisten atau  sesuai secara jujur perilaku dividen aktual pada perusahaan-perusahaan Amerika, saya manawarkan sebuah teori atau  “model” yang mendeskripsikan sebuah interaksi tekanan pasar dan pertimbangan manajerial sadar yang muncul membentuk kebijakan deviden perusahaan.
            Tujuan dari artikel ini, kemudian, berhubungan secara singkat dengan pemikiran/pertimbangan., metode-metode, dan hasil penyelidikan studi saya saat ini. Sebelum mendeskripsikan pengujian saya, bagaimanapun juga, saya ingin memberikan ulasan singkat studi -studi lain yang telah mencoba untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan kebijakan deviden tiap perusahaan.
Penelitian-penelitian yang Ada
Beberapa penelitian telah membuktikan kebenaran pendapat bahwa perusahaan mengharuskan jumlah  modal  yang besar untuk investasi dan ekspansi wajar untuk memilih rasio pembayaran deviden rendah. Di antara yang paling penting ada sebuah penelitian oleh Robert  Higgins di University of Washington, yang mengatakan bahwa menggunakan  dana yang lebih besar mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat deviden.  Percuma jika sebuah perusahaan mampu mendanai semua investasi baru dengan laba ditahan, rasio pembayaran deviden yang lebih besar artinya membutuhkan lebih banyak pendanaan eksternal. Biaya flotasi khususnya untuk yang lebih kecil, beresiko dan penurunan kedudukan perusahaan, dapat diberlakukan sebagai alat untuk menghindari kenaikan deviden.
Kedua faktor yang berhubungan, juga mendukung penelitian Higgins, yaitu tingkat pendanaan hutang perusahaan.  Sebuah penelitian oleh George  McCabe dari University of Nabraska, menunjukkan bahwa hutang jangka panjang baru mempunyai pengaruh negative terhadap jumlah deviden yang dibayar. Untuk lebih tinggi pengungkit perusahaan, deviden yang lebih tinggi dapat  dilihat oleh beberapa manajemen sebagai peningkatan biaya tetap mereka. Seperti itu perusahaan, oleh sebab itu, mungkin disengaja untuk menahan pembayaran lebih rendah untuk menghindari kemungkinan menghilangkan atau memberikan deviden. Dengan alasan yang sama, perusahaan-perusahaan dengan risiko operasi, dan mengurangi stabilitas atau prediksi laba operasi, mungkin juga memilih rasio pembayaran deviden lebih rendah.
Penelitian oleh McCabe, berlanjut dengan penelitian lain oleh Allen Michel, dan oleh tim dari Phoebus Drymesdan Mordecal Kurz, menunjukkan bukti bahwa sebuah industri perusahaan mungkin penting menetapkan rasio pembayaran deviden ini. Penelitian oleh Higgins tersebut, bagaimanapun juga, telah gagal untuk menemukan beberapa efek kosisten dari industri pada kebijakan deviden perusahaan.
Tiga faktor yang telah dibahas di atas, telah mengantisipasi pertumbuhan dan investasi, tingginya tingkat sebuah pengungkit keuangan, dan tingginya  tingkat sebuah risiko bisnis, adalah semua kemungkinan alasan penting mengapa perusahaan boleh  membatasi pembayaran deviden. Jika manajemen perusahaan  mendasarkan kebijakan deviden hanya pada faktor ini, keputusan deviden ini  akan menjadi keputusan yang gagal (tidak melunasi hutang),  sebuah masalah perhitungan kebutuhan perusahaan untuk pendanaan masa depan berkaitan dengan tingkat dan perubahan laba di masa depan. Pembayaran deviden, dalam hal ini, mungkin menjadi variable/faktor  pasif, hasil akhir dari “sisa” kebijakan investasi perusahaan. Apa yang hilang dari riset  yang ada adalah alasan alasan positif untuk membayar  deviden lebih tinggi.         
Biaya agensi dari ekuitas : dasar pemikiran untuk dividen perusahaan
Dalam hal ini terdapat pertanyaan mengenai apakah pembayaran dividen memiliki efek positif bagi investor dimana akan menyebabkan perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan rasio pembayaran dividen mereka? Tanpa melibatkan diri dalam perdebatan atas efek dari  informasi dividen terhadap harga saham. Michael Rozeff akan menawarkan apa saja yang dipikir merupakan penjelasan yang masuk akal mengapa beberapa perusahaan memilih untuk membayar dengan persentase yang lebih tinggi dari pendapatan mereka serta labih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
Seperti yang telah ditunjukkan oleh Modigliani-Miller, bahwa dalam kondisi pasar sempurna tidak ada alasan yang baik untuk manajemen perusahaan lebih memilih satu kebijakan dividen karena perbedaan kebijakan dividen tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam studinya, Michael Rozeff mencoba untuk mengambil langkah diluar teori dividen tidak relevan dengan menanyakan apakah ada pasar tidak sempurna yang bisa merangsang permintaan dividen oleh investor.
Salah satu asumsi dari proposisi Modigliani-Miller dan keuangan modern adalah bahwa kepentingan manajemen dan pemegang saham merupakan hal yang wajar jika tidak dipisahkan. Oleh karena itu, manajemen perusahaan diasumsikan bertindak untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Hal ini pada gilirannya akan menunjukkan bahwa nilai perusahaan dengan kepemilikan beragam tidak akan berbeda dengan perusahaan yang dimiliki dan dijalankan terutama oleh orang dalam.
Ada dua mekanisme pasar yang mendukung asumsi ini. Yang pertama, pasar untuk “pengendalian perusahaan” harus memastikan bahwa perusahaan yang tidak sedang dijalankan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (akibatnya perusahaan menjual dengan nila ipasar lebih rendah dari biasanya) akan menarik perhatian untuk mengambil alih penawaran oleh manajemen yang lebih efisien. Dan yang kedua, pasar tenaga kerja yang kompetitif dari para manajer perusahaan juga harus dilakukan sehingga manajer yang tidak bertindak dalam kepentingan pemegang saham akan diganti. Jika kedua pasar tersebut berfugsi dengan sempurna, tanpa ada biaya, struktur kepemilikan perusahaan tidak akan menjadi perhatian penting perusahaan. Ada beberapa alasan yang baik, namun, untuk mempercayai bahwa ketidaksempurnaan mekanisme pasar mungkin signifikan.
Tantangan yang paling kuat untuk asumsi standar literatur keuangan modern telah datang dari argumen mengenai biaya agensi oleh Michael Jensen dan William Meckling. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada tahun 1976, yang berjudul “theory of the firm : managerial behavior, agency costs, and ownership structure”, Jensen dan Meckling berpendapat bahwa pemisahan kepemilikan dan pengawasan dapat menjelaskan banyak perilaku perusahaan yang tidak rasional dalam pasar sempurna. Lebih tepatnya mereka berpendapat bahwa biaya agensi datang dari konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Yakni biaya agensi muncul setiap kali manajer (sebagai pemilik) menjual kepemilikan saham mereka untuk pemegang saham (eksternal) yang tidak memiliki suara dalam manajemen. Ukuran dari biaya agensi ini adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan ketika 100% dimiliki oleh manajemen dengan perusahaan bila kurang dari 100% dikelola oleh pemilik.
Selanjutnya, apakah biaya agensi harus berkaitan dengan kebijakan deviden? Meskipun Jensen dan Meckling tidak mengeksplorasi implikasi dari biaya agensi terhadap kebijakan dividen, mereka menunjukkan bahwa manajer perusahaan mengambil tindakan yang dirancang untuk meminimalisir biaya implisit terkait dengan pemisahan kepemilikan dan pengawasan. Tindakan ini meliputi fungsi mengenai kegiatan perusahaan, pembentukan fungsi pengawasan dan pengendalian oleh dewan direksi, penerimaan persyaratan dalam perjanjian pinjaman dimana secara kontraktual hal tersebut membatasi kekuatan pengambilan keputusan manajemen, dan strukturisasi kontrak kompensasi insentif untuk membawa kepentingan manajer dan pemegang saham ke dalam harmoni yang lebih dekat. Fungsi dari perjanjian, pengawasan dan pengauditan yakni untuk membantu mengontrol perilaku manajemen, sehingga mengurangi konflik potensial antara manajer dan pemegang sekuritas. Hal ini perlu dipertimbangkan jika biaya untuk melaksanakan fungsi-fungsi tersebut lebih dari peningkatan nilai perusahaan dengan kepemilikan luar subtansial.
Pendapat dari Michael Rozeff adalah bahwa pembayaran dividen menjalankan fungsi yang sama dengan perjanjian dan pengawasan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Dalam proses memberikan informasi tambahan kepada investor mengenai tindakan dan tujuan manajemen, pembagian dividen dapat mengurangi biaya agensi terkait dengan kepemilikan eksternal.
Analisis kebijakan dividen mengasumsikan bahwa dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham akan digantikan oleh isu-isu baru untuk membiayai investasi yang sudah ada dan  investasi masa depan. Dalam studinya, Michael Rozeff mengasumsikan bahwa pemegang saham menyadari bahwa perusahaan membiayai dividen dengan penawaran baru dengan biaya tinggi. Namun demikian, mereka merasa bahwa proses ini diperlukan karena mereka dapat mengamati syarat-syarat yang menjadikan munculnya pendanaan baru. Selain itu, sangat dimungkinkan bahwa pemberi pinjaman tidak akan memberikan dana kecuali mereka memperoleh informasi baru mengenai kegunaan dana tersebut, pemegang saham saat ini dapat memperoleh informasi baru mengenai tujuan manajemen melalui proses ini.
Alternatif lain untuk proses ini diakui secara tidak langsung dimana pemegang saham belajar mengevaluasi pasar dari program investasi perusahaan yakni manajemen yang mempertahankan modal investasi dan memberikan informasi setara kepada pemilik dengan menggunakan cara lebih langsung – penyajian analisis sekuritas, deklarasi kebijakan, surat pemegang saham, dan sebagainya. Dia menduga bagaimanapun juga menginformasikan kepada pemegang saham dengan cara alternatif ini mungkin tidak meyakinkan dan efektif sebagai informasi yang diberikan oleh proses pembayaran dividen dan kemudian mendapatkan dana kembali melalui penawaran pasar.

Sebuah Model untuk Prosess Penentuan Deviden
Dari literatur tentang keuangan yang ada sampai saat ini, beberapa berisi percobaan tentang bagaimana perusahaan menggabungkan faktor – faktor yang kecil menjadi sebuah logika tentang bentuk atau model dari bagaimana perusahaan untuk menentukan kebijakan deviden.Dua teori yang paling berguna dalam pendekatannya terhadap penawaran yang ditulis alam study klasik  John Litner dan study Higgins. Berdasarkan kesimpulannya dalam serangkaian interview  dengan beberapa manajer perusahaan pada tahun 1950an, Litner berpendapat bahwa perusahaan rata- rata menentukan rasio target.  Tapi karena management  bersikeras enggan untuk memotong deviden, target rasio tidak dijaga secara ketat, tetapi hanya digunakan sebagai tuntunan yang kasar(penggunaan) .Jika perusahaan bersi keras untuk membayarkan di luar persentase target dari pendapatan setiap tahunnya, lalu untuk  tahun-tahun berikutnya ketika terjadi penurunan pendapatan, akan memerlukan pemotongan tingkat deviden yang dibagikan. Untuk menghindari kemungkinan ini ,tingkat pembagian deviden hampir selalu disesuaikan secara bertahap dengan tingkat pendapatan saat ini.
Kemudian untuk model yang diajukan oleh Higgins, berasumsi bahwa kebijakn deviden perusahaan mencerminkan usaha mereka dalam menjaga ratio hutang atau equitas yang telah ditetapkan tanpa mengandalkan pendanaan dari luar terlalu sering.Demikian, dibandingkan dengan  struktur modal yang ditentukan oleh perusahaan, perusahaan merencanakan tingkat investasi yang baru yang setara dengan arus kas operasi dan ini merupakan variabel yang penting dalam pengaruh untuk menentukan deviden. Dalam model Higgins,hasil target pembayaran deviden berasal dari proses dimana saldo dari dua offset dipertimbangkan menjadi (1) keinginan untuk menghindari atau meminimalisir biaya pengapungan  yang diasosiasikan dengan penawaran equitas baru.(2) sebaliknya berusaha untuk meminimalisir biaya yang datang bersamaan dengan asset lancar yang berlebihan.
Penelitian ini menunjukkan ketiga model proses  pembuatan keputusan dividen yang diakhiri semangat kepada Higgins, tetapi mengabaikan kemungkinan pengaruh pajak. Saya berpendapat bahwa tindakan rasional shareholder menharapkan menejemen meminimalkan gabungan biaya transaksi dengan meningkatkan pendanaan eksternal dengan menerbitkan sekuritas. Faktor ini dengan sendirinya, mengatakan bahwa menyimpan laba dan penarikan kembali pembayaran dividen untuk pendanaan lebih tidak ada yang digunakan saat ini, maupun yang diperkirakan akan digunakan untuk modal investasi. Pertimbangan kerugian berperan untuk meningkatkan dividen dengan mengurangi “biaya agensi” , yang paling mudah, pemisahan kepemilikan dan kontrol.
            Pada model yang saya usulkan, keputusan dividen menimbulkan sebuah penyeimbang  strategi dari dua tujuan yang berlawanan : mengurangi secara eksplisit biaya gabungan dengan pendanaan eksternal; dan mengurangi peningkatan biaya implisit dari konflik tingkat bunga luar biasa antara manajemen dan pemegang saham. Pembayaran dividen ideal atau optimal merupakan salah satu yang dapat meminimalkan jumlah biaya transaksi eksplisit pada peningkatan modal baru dan biaya agensi karena sisa investor tidak yakin dengan perilaku manajemen.
            Factor ketiga mungkin penting untuk menentukan kebijakan dividen adalah operasi dan pengngkit keuangan perusahaan. Dalam kondisi yang sama, jika sebuah perusahaan memiliki operasi dan pengungkit keuangan relatif tinggi , ketergantungan pada pendanaan eksternal akan meningkat.pertimbangan dua  perusahaan dengan ketersediaan dana yang sama (sebelum pembayaran dividen) untuk investasi kembali lebih dari 3 periode, tetapi dengan perbedaan signifikan pada operasi dan/atau pengungkit keuangan.




Merancang Tes
Tahap selanjutnya dari penelitian Rozeff bertujuan untuk memberikan dukungan empiris untuk teori yang sudah dikemukakannya dengan mengambil sampel mengenai keputusan dividen dari perusahaan di Amerika. Hal ini dilakukan dengan memeriksanya menggunakan metode statistik. Karena tidak dimungkinkan untuk mengamatinya, apalagi mengukur dampak dari pertimbangan offsetting pada perumusan kebijakan dividen perusahaan. Masalah terbesar dalam merancang tes ini yakni sulitnya menemukan variabel yang dapat diamati. Variable kuantitatif yang akan menjadi ukuran yang baik yakni biaya transaksi, biaya agensi, serta biaya operasi dan pengungkit keuangan. Setelah menemukan pengganti tersebut, tes dilanjutkan dengan mengukur korelasi antara variabel pengganti dengan rasio pembayaran dividen.
Dalam rangka menguji korelasi ini, digunakanlah teknik yang dikenal sebagai analisis regresi berganda. Prosedur ini mencoba untuk menggambarkan hubungan antara variabel dependen (variabel bunga) dengan sejumlah variabel independen lainnya. Variabel dependen merupakan target dividen payout ratio perusahaan. Rozeff mengukur rasio pembayaran dividen perusahaan dengan menghitung rata-rata rasio pembayaran aktual selama tujuh tahun. Hal ini dikarenakan tujuh tahun tampaknya akan menjadi periode yang cukup lama untuk fluktuasi yang biasa terjadi di pendapatan, tetapi tidak begitu lama karena sejumlah besar perusahaan akan secara segnifikan mengubah kebijakan dividennya.
Sebagai biaya pengganti transaksi pembiayaan eksternal, Rozeff menggunakan dua variabel. Yang pertama adalah tingkat pertumbuhan pendapatan perusahaan selama lima tahun dan yang kedua perkiraan nilai tentang pertumbuhan pendapatan selama lima tahun kedepan. Jika suatu perusahaan mengalami pertumbuhan yang cepat dalam masa lalu, cara untuk meningkatkan penjualan mungkin telah dibutuhkan. Selain itu juga investasi baru yang cukup besar. Dalam hal seperti ini, perusahaan akan cenderung mempertahankan dana untuk menghindari pembiayaan eksternal dengan biaya yang menyertainya. Jika pertumbuhan yang cepat diperkirakan dimasa depan, maka manajemen yang bijaksana akan menghemat dana dengan membentuk rasio pembayaran rendah untuk saat ini. Sehingga, rasio pembayaran dividen perusahaan berhubungan negatif dengan kejadian masa lalu dan perkiraan pertumbuhan pendapatan.
Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya, perusahaan dengan operasi dan leverage keuangan yang lebih tinggi juga akan memilih pembayaran dividen yang lebih rendah untuk mengurangi biaya. Mengukur pengaruh biaya agensi terhadap kebijakan dividen perusahaan itu lebih sulit. Peran dividen yang lebih besar, untuk mengurangi kerugian yang tersirat dalam nilai yang terkait dengan hilangnya kontrol atas keputusan manajemen oleh pemegang saham eksternal. Oleh karena itu, semakin besar proporsi saham yang dimiliki oleh pihak luar, maka semakin tinggi biaya keagenan sehingga semakin tinggi tingkat yang diharapkan dari dividen. Yakni pemegang saham luar yang memiliki bagian yang lebih besar akan menuntut dividen yang lebih tinggi sebagai pengganti semacam mekanisme pemantauan.
Untuk alasan ini, Rozeff memilih persentase saham yang dimiliki oleh orang dalam sebagai pengganti tingkat biaya agensi kepemilikan eksternal. Prediksi Rozeff yang sesuai yakni bahwa perusahaan dengan proporsi kepemilikan yang besar akan memiliki rasio pembayaran dividen yang rendah, dan sebaliknya.
Saham yang dimiliki oleh orang luar, bagaimanapun juga tidak mungkin satu-satunya ukuran permintaan dividen yang disebabkan oleh kepemilikan luar. Sejauh proporsi yang lebih besar dari saham luar mungkin terkonsentrasi pada penyelenggaraan sebagian kecil pemegang saham, pemegang saham luar mungkin dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku manajemen. Situasi ini akan berarti biaya agensi dan pembayaran dividen yang lebih rendah.
Untuk kemungkinan ini, Rozeff juga berusaha untuk menggunakan dispersi (penyebaran) kepemilikan antara pemegang saham luar sebagai ukuran biaya agensi. Yaitu, jumlah sebenarnya dari pemegang saham dapat mempengaruhi keputusan dividen, dengan penyebaran yang lebih besar kepemilikan menyebabkan dividen yang lebih tinggi. Maka, diharapkan pembayaran dividen akan berhubungan positif dengan jumlah pemegang saham di perusahaan.
Dalam rangka untuk menguji prediksi ini, beliau mengumpulkan sampel dari 1000 perusahaan yang mewakili 64 industri. Dan sengaja mengeluarkan perusahaan yang terregulasi karena status peraturan mereka. Serta juga menghilangkan perusahaan asing dan perusahaan eksplorasi minyak karena praktek akuntansi mereka secara signifikan dapat mempengaruhi rasio pembayaran dividen yang diamati. Dengan demikian tes ini didasarkan pada luas sampling data non-keuangan, perusahaan tidak terregulasi, dan hasil analisis regresi dapat dilihat sebagai khas utama perusahaan Amerika yang tidak terregulasi.
Hasil dari regresi statistik menunjukkan dukungan kuat untuk model bagan yang lebih awal. Semua variabel yang diusulkan berkorelasi dengan kuat (dalam arah prediksi) dengan tingkat  pembayaran deviden. Pertumbuhan tingkat bunga yang tinggi di masa lalu dan yang diprediksikan, lebih tinggi”beta”, dan proporsi kepemilikan orang dalam lebih tinggi semuanya bergebung dengan kuat dengan sebuah pembayaran deviden yang banyak.
Pengujian juga menunjukkan industri sebuah perusahaan tidak dapat membantu menjelaskan pembayaran deviden ini. Arti nyata dari penemuan pengaruh indutri pada hasil penelitian sebelumnya dari fakta di mana variable lain sering kali  sama dalam sebuah pemberian industri. Kesamaan-kesamaan ini, pada hakekatnya bukan industri yang spesifik., alasan mendasar  mengapa perusahaan di industri yang sama sering mempunyai kebijakan-kebijakan deviden sama.
Hasil
Hasil-hasil dari analisis regresi dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
1.      sebuah perusahaan meramalkan sebuah pertumbuhan tingkat bunga  tahunan 7% dapat menjadi ekspektasi untuk mendapatkan sebuah rasio pembayaran yaitu 11% lebih tinggi dari pada perusahaan dengan ekspektasi pertumbuhan tingkat bunga 20%
2.      sebuah perusahaan dengan beta rendah 0, 75 dapat menjadi ekspektasi untuk mendapat sebuah taksiran rasio pembayaran 13% lebih tinggi daripada sebuah perusahaan dengan beta relative tinggi pada 1, 25
3.      kenaikan sepuluh kali lipat jumlah share holder perusahaan dari 500 menjadi 5.000 secara khusus meningkatkan rasio pembayaran deviden sebesar 6%; kenaikan 10% yang lain, dari 5.000 menjadi 50.000 share holder, ekspektasi pembayaran dapat meningkat setiap enam poin.
4.      sebuah perusahaan tanpa pemilik  orang dalam saham khusus mempunyai pembayaran deviden sebesar 5 % lebih tinggi saham milik orang dalam.
Ketika semua dari faktor-faktor ini adalah perseroan terbatas menjadi model tunggal, mereka menunjukkan sebuah tanggapan prediksi  dari  rata-rata perusahaan individu atau rasio pembayaran deviden yang telah ditargetkan.  Sebagai contoh, berdasarkan hasil penelitian tersebut, prediksi model Deere & Co. dapat diekspektasikan untuk mempunyai target rasio pembayaran deviden 39%. Ini melebihi pembayaran aktual tujuh tahun terakhir yang memiliki rata-rata 35%. Salah satu pengugunaan potensial dari model ini, kemudian, apakah kenaikan rasio pembayaran deviden pada perusahaan individual segaris dengan praktik pasar sekarang.
Bagian yang paling mendorong penemuan ini kekuatan dukungan mereka untuk”biaya agensi” dasar pemikiran untuk deviden yang lebih tinggi. Saya tidak ingin mengakui, bagaimanapun juga, ini hanya penjelasan signifikan dari variable pengganti. Pertimbangannya, dalam hal ini , perkumpulan antara tingginya kepemilikan pihak dalam dan rendahnya dividen, dan kemudian mengingat bahwa pajak dividen setinggi tingkat bunga capital gain. Jika seorang pemimpin hanya memperoleh 100 lembar saham, mungkin sedikit dari kekayaanya, keputusan untuk  dividen kurang mempengaruhi pertimbangan pajak , jika mengatakan, 50% dari kekayaan diinvestasikan dalam saham perusahaan. Perluasan yang membantu orang dalam menunjukkan sebuah porsi signifikan dari kekayaan mereka, kecenderungan dari perusahaan dengan proporsi kepemilikan pihak dalam banyak untuk membayar dividen rendah merefleksiakan dengan sederhana keputusan manajemen untuk menghindar dari pajak.
Ini, tentu tidak hanya bagian dari cerita. Karena kita juga menemukan jumlah shareholder yang berkumpul secara nyata dengan dividen tinggi, sebuah cerita ketetapan pajak mungkin mempunyai pendapat bahwa jumlah share holder yang banyak  mengimplikasikan pajak investor  menjadi berkurang dan versa wakil. Jika ini benar, yang lebih banyak shareholder., mengurangi penghindaran pajakuntuk dividen oleh shareholder tersebut, dan tingginya ekspektasi pembayaran dividen.  Percobaan untuk membedakan ini dan menghubungkan teori-teori dari penjelasan biaya agensi dari dividen harus ditinggalkan untuk penelitian di masa depan.
Kesimpulan
Kebijakan dividen tetap menjadi misteri bagi kalangan ekonom keuangan, dengan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Teori ini didasarkan pada keberadaan pasar tidak sempurna, yakni terdapat biaya transaksi yang terkait dengan penerbitan sekuritas baru dan biaya agensi yang muncul dari kepemilikan eksternal perusahaan. Sedangkan dividen yang lebih tinggi meningkatkan biaya flotasi terkait uatng baru atau penawaran ekuitas, mereka juga dapat informasi tambahan tentang tujuan manajemen yang sebagian akan memperbaiki masalah keagenan. Kebijakan dividen yang ideal atau optimal adalah kebijakan yang meminimalkan kombinasi transaksi dan biaya agensi.
Dalam mendukung teori bagaimana perusahaan memilih keputusan dalam rasio pembayaran dividen, dalam studinya Rozeff melengkapi bukti empiris yang konsisten dengan proporsi sebagai berikut.
1.      Perusahaan menetapkan rasio pembayaran dividen yang lebih rendah ketika mengalami atau berharap untuk mengalami pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi, karena mungkin pertumbuhan ini memerlukan pengeluaran investasi yang lebih tinggi. Bukti ini mendukung pandangan bahwa kebijakan investasi mempengaruhi kebijakan dividen. Pendapat mengenai alasan mengapa kebijakan investasi mempengaruhi kebijakan dividen adalah bahwa untuk mendapatkan modal eksternal membutuhkan biaya yang mahal.
2.      Perusahaan dengan leverage keuangan dan operasi yang lebih tinggi menetapkan rasio pembayaran dividen yang lebih rendah. Bukti ini mendukung pandangan bahwa pembayaran dividen adalah beban tetap yang menggantikan biaya tetap lainnya.
3.      Perusahaan menetapkan dividen yang lebih tinggi ketika orang dalam memegang fraksi yang lebih rendah dari ekuitas dan sejumlah besar pemegang saham memiliki ekuitas dari luar. Bukti ini mendukung pandangan bahwa ada permintaan untuk dividen pemegang saham berdasarkan dirasakan kurangnya kontrol atas informasi tentang keputusan manajemen.
4.      Faktor-faktor yang lebih mendasar di atas telah dipertimbangkan tetapi faktor industri tidak membantu menjelaskan rasio pembayaran dividen. Bukti ini mendukung pandangan bahwa jika aturan dasar industri yang digunakan untuk menetapkan rasio pembayaran dividen, mereka berada pada pengganti terbaik untuk variabel yang lebih mendasar lainnya.
Tampaknya aman untuk menyimpulkan bahwa rasio pembayaran dividen tidak secara acak didistribusikan di antara perusahaan. Dengan kata lain, tampaknya ada pola yang dapat diprediksi tentang perilaku dividen antar perusahaan. Polanya pada gilirannya dapat mencerminkan keputusan manajemen perusahaan yang konsisten dan rasional, yaitu mereka menghemat kekayaan pemegang saham. Kemajuan lebih jauh dalam memahami faktor-faktor penentu kebijakan dividen akan lebih baik disajikan dengan bergerak menjauh dari fokus pada pasar modal yang sempurna. Meskipun secara internal konsisten dan dengan demikian titik awal yang logis bagi perusahaan untuk merumuskan kebijakan dividen. Pendapat Modigliani dan Miller tidak bisa menjelaskan bagaimana perusahaan yang benar-benar mengacu pada kebijakan dividen. Hal ini akan dicapai hanya dengan berkonsentrasi perhatian kita pada orang-orang dalam ketidaksempurnaan pasar yang banyak mengabaikan literatur.