How Companies Set Their Dividend-Payout
Ratios
Perkenalan
Sebagian besar literature teori keuangan
untuk dividen berkonsentrasi
dengan pertanyaan: Haruskah perusahaan membayar dividen? Atau, alternatifnya,
manajemen dapat mempengaruhi harga saham mereka dengan pilihan kebijakan
dividen mereka? Kesan negatif dari literatur
ini adalah tidak ada kebijakan dividen yang baik untuk sebuah
perusahaan. Dinyatakan dalam waktu yang kuat, ada kesamaan-kesamaan yang menjadi
alasan buruk mengapa suatu kebijakan
tidak sebaik yang lain, atau mengapa perusahaan harus membayar semua
dividen.
Kesimpulan dasar penelitian
ini terbagi ke dalam dua pertimbangan . Pertama, logika pada pasar modal
”sempurna” __di mana ada asumsi menjadi tidak ada biaya pembelian atau penerbitan
sekuritas, tidak ada pajak, tidak ada “efek informasi” dari dividen, dan tidak
ada pertentangan/konflik bunga antara manajer-manajer perusahaan dan pemegang
sekuritas.__mempertahankan bahwa sebuah kebijakan dividen perusahaan tidak
akan mempengaruhi nilai pasar. Kedua,
membuktikan saran-saran fakta bahwa logika ini bisa diperluas ke”dunia nyata”
dengan menunjukkan tinggi dan rendahnya dividen saham tidak menyajikan kepada
investor dengan return yang berbeda secara sistematis.
Pada artikel ini, yang mana didasarkan pada
sebuah studi yang lengkap tahun kemarin, saya akan menunjukkakan sebuah
pendapat teorikal mengapa kebijakan dividen mungkin menjadi masalah untuk
perusahaan, dan beberapa bukti empiris menyatakan bahwa ini salah. Dengan
demikian, saya membuat sedikit pendekatan pada pertanyaan dividen yang telah
dipelajari. Pelajaran saya tidak pernah secara langsung menunjukkan isu apakah
perusahaan harus membayar dividen. Saya tidak pernah melakukan penelitian untuk
mengukur pengaruh dari kebijakan dividen alternatif pada harga, pengembalian saham. Bahkan, saya
memulai dengan mengenali pembayaran dividen perusahaan-perusahaan sukses,
dan banyak kedudukan dari pemimpin menganggap keputusan dividen sebagai
suatu hal yang penting.Selain itu, menekan laporan dividen secara teratur , menggembar-gemborkan
perubahan signifikan. Karena ini tidak sebijaksana sifat seperti perilaku keras
hati semata-mata kepada “secara irasional”
pada investor dan manajemen, pekerjaan saya diam-diam mengasumsikan bahwa ada alasan yang tepat
bagi perusahaan untuk membayar deviden, dan untuk para investor untuk membayar perhatian untuk pengumuman
deviden.
Studi saya dimulai dengan observasi bahwa
persentase pembagian laba sebagai
deviden ( rasio pembayaran deviden) di antara sekian banyak perusahaan, dan
kemudian digunakan untuk menjawab rangkaian pertanyaan: Apakah ada beberapa karakteristik keuangan
yang teridentifikasi sehingga dapat dibedakan dengan jelas
perusahaan-perusahaan yang membayar dividen tinggi dari itu yang mana dapat
dipilih untuk membayar dengan porsi yang lebih kecil dari laba mereka? Jika iya, Apakah itu
perbedaan utama karakteristik yang mempengaruhi
pemilihan kebijakan dividen oleh manajemen? Atau mungkin mereka
menunjukkan pertimbangan mendasar lain yang mana memberikan pengaruh pada
keputusan dividen perusahaan?
Setelah mengidentifikasi beberapa faktor
penentu penting yang potensial dari rasio pembayaran dividen, studi saya
berlanjut untuk mengukur secara statistik “kekuatan jelas” pada setiap variable
bunga. Dasar dari pengujian ini, yang
mana mengungkapkan pola konsisten atau
sesuai secara jujur perilaku dividen aktual pada perusahaan-perusahaan
Amerika, saya manawarkan sebuah teori atau
“model” yang mendeskripsikan sebuah interaksi tekanan pasar dan
pertimbangan manajerial sadar yang muncul membentuk kebijakan deviden
perusahaan.
Tujuan dari artikel ini,
kemudian, berhubungan secara singkat dengan pemikiran/pertimbangan.,
metode-metode, dan hasil penyelidikan studi saya saat ini. Sebelum mendeskripsikan
pengujian saya, bagaimanapun juga, saya ingin memberikan ulasan singkat studi
-studi lain yang telah mencoba untuk menjelaskan perbedaan-perbedaan kebijakan
deviden tiap perusahaan.
Penelitian-penelitian
yang Ada
Beberapa penelitian telah membuktikan
kebenaran pendapat bahwa perusahaan mengharuskan jumlah modal
yang besar untuk investasi dan ekspansi wajar untuk memilih rasio
pembayaran deviden rendah. Di antara yang paling penting ada sebuah penelitian
oleh Robert Higgins di University of Washington,
yang mengatakan bahwa menggunakan dana
yang lebih besar mempunyai pengaruh negatif terhadap tingkat deviden. Percuma jika sebuah perusahaan mampu mendanai
semua investasi baru dengan laba ditahan, rasio pembayaran deviden yang lebih
besar artinya membutuhkan lebih banyak pendanaan eksternal. Biaya flotasi
khususnya untuk yang lebih kecil, beresiko dan penurunan kedudukan perusahaan,
dapat diberlakukan sebagai alat untuk menghindari kenaikan deviden.
Kedua faktor yang berhubungan, juga mendukung
penelitian Higgins, yaitu tingkat pendanaan hutang perusahaan. Sebuah penelitian oleh George McCabe dari University of Nabraska,
menunjukkan bahwa hutang jangka panjang baru mempunyai pengaruh negative
terhadap jumlah deviden yang dibayar. Untuk lebih tinggi pengungkit perusahaan,
deviden yang lebih tinggi dapat dilihat
oleh beberapa manajemen sebagai peningkatan biaya tetap mereka. Seperti itu
perusahaan, oleh sebab itu, mungkin disengaja untuk menahan pembayaran lebih
rendah untuk menghindari kemungkinan menghilangkan atau memberikan deviden.
Dengan alasan yang sama, perusahaan-perusahaan dengan risiko operasi, dan
mengurangi stabilitas atau prediksi laba operasi, mungkin juga memilih rasio pembayaran
deviden lebih rendah.
Penelitian oleh McCabe, berlanjut dengan
penelitian lain oleh Allen Michel, dan oleh tim dari Phoebus Drymesdan Mordecal
Kurz, menunjukkan bukti bahwa sebuah industri perusahaan mungkin penting
menetapkan rasio pembayaran deviden ini. Penelitian oleh Higgins tersebut,
bagaimanapun juga, telah gagal untuk menemukan beberapa efek kosisten dari
industri pada kebijakan deviden perusahaan.
Tiga faktor yang telah dibahas di atas, telah
mengantisipasi pertumbuhan dan investasi, tingginya tingkat sebuah pengungkit
keuangan, dan tingginya tingkat sebuah
risiko bisnis, adalah semua kemungkinan alasan penting mengapa perusahaan
boleh membatasi pembayaran deviden. Jika
manajemen perusahaan mendasarkan
kebijakan deviden hanya pada faktor ini, keputusan deviden ini akan menjadi keputusan yang gagal (tidak
melunasi hutang), sebuah masalah
perhitungan kebutuhan perusahaan untuk pendanaan masa depan berkaitan dengan
tingkat dan perubahan laba di masa depan. Pembayaran deviden, dalam hal ini,
mungkin menjadi variable/faktor pasif,
hasil akhir dari “sisa” kebijakan investasi perusahaan. Apa yang hilang dari
riset yang ada adalah alasan alasan
positif untuk membayar deviden lebih
tinggi.
Biaya agensi dari ekuitas : dasar pemikiran
untuk dividen perusahaan
Dalam hal ini terdapat pertanyaan mengenai apakah pembayaran dividen
memiliki efek positif bagi investor dimana akan menyebabkan
perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan rasio pembayaran dividen mereka? Tanpa
melibatkan diri dalam perdebatan atas efek dari
informasi dividen terhadap harga saham. Michael Rozeff akan menawarkan
apa saja yang dipikir merupakan penjelasan yang masuk akal mengapa beberapa
perusahaan memilih untuk membayar dengan persentase yang lebih tinggi dari
pendapatan mereka serta labih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan lain
yang sejenis.
Seperti yang telah ditunjukkan oleh Modigliani-Miller, bahwa dalam
kondisi pasar sempurna tidak ada alasan yang baik untuk manajemen perusahaan
lebih memilih satu kebijakan dividen karena perbedaan kebijakan dividen tidak
akan mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam studinya, Michael Rozeff mencoba
untuk mengambil langkah diluar teori dividen tidak relevan dengan menanyakan
apakah ada pasar tidak sempurna yang bisa merangsang permintaan dividen oleh
investor.
Salah satu asumsi dari proposisi Modigliani-Miller dan keuangan modern
adalah bahwa kepentingan manajemen dan pemegang saham merupakan hal yang wajar
jika tidak dipisahkan. Oleh karena itu, manajemen perusahaan diasumsikan
bertindak untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Hal ini pada gilirannya
akan menunjukkan bahwa nilai perusahaan dengan kepemilikan beragam tidak akan
berbeda dengan perusahaan yang dimiliki dan dijalankan terutama oleh orang
dalam.
Ada dua mekanisme pasar yang mendukung asumsi ini. Yang pertama, pasar
untuk “pengendalian perusahaan” harus memastikan bahwa perusahaan yang tidak
sedang dijalankan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham (akibatnya
perusahaan menjual dengan nila ipasar lebih rendah dari biasanya) akan menarik
perhatian untuk mengambil alih penawaran oleh manajemen yang lebih efisien. Dan
yang kedua, pasar tenaga kerja yang kompetitif dari para manajer perusahaan
juga harus dilakukan sehingga manajer yang tidak bertindak dalam kepentingan
pemegang saham akan diganti. Jika kedua pasar tersebut berfugsi dengan
sempurna, tanpa ada biaya, struktur kepemilikan perusahaan tidak akan menjadi
perhatian penting perusahaan. Ada beberapa alasan yang baik, namun, untuk
mempercayai bahwa ketidaksempurnaan mekanisme pasar mungkin signifikan.
Tantangan yang paling kuat untuk asumsi standar literatur keuangan
modern telah datang dari argumen mengenai biaya agensi oleh Michael Jensen dan
William Meckling. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan pada tahun 1976, yang
berjudul “theory of the firm : managerial behavior, agency costs, and ownership
structure”, Jensen dan Meckling berpendapat bahwa pemisahan kepemilikan dan
pengawasan dapat menjelaskan banyak perilaku perusahaan yang tidak rasional
dalam pasar sempurna. Lebih tepatnya mereka berpendapat bahwa biaya agensi datang
dari konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Yakni biaya
agensi muncul setiap kali manajer (sebagai pemilik) menjual kepemilikan saham
mereka untuk pemegang saham (eksternal) yang tidak memiliki suara dalam
manajemen. Ukuran dari biaya agensi ini adalah perbedaan antara nilai pasar
perusahaan ketika 100% dimiliki oleh manajemen dengan perusahaan bila kurang
dari 100% dikelola oleh pemilik.
Selanjutnya, apakah biaya agensi harus berkaitan dengan kebijakan
deviden? Meskipun Jensen dan Meckling tidak mengeksplorasi implikasi dari biaya
agensi terhadap kebijakan dividen, mereka menunjukkan bahwa manajer perusahaan
mengambil tindakan yang dirancang untuk meminimalisir biaya implisit terkait
dengan pemisahan kepemilikan dan pengawasan. Tindakan ini meliputi fungsi
mengenai kegiatan perusahaan, pembentukan fungsi pengawasan dan pengendalian
oleh dewan direksi, penerimaan persyaratan dalam perjanjian pinjaman dimana
secara kontraktual hal tersebut membatasi kekuatan pengambilan keputusan
manajemen, dan strukturisasi kontrak kompensasi insentif untuk membawa
kepentingan manajer dan pemegang saham ke dalam harmoni yang lebih dekat.
Fungsi dari perjanjian, pengawasan dan pengauditan yakni untuk membantu
mengontrol perilaku manajemen, sehingga mengurangi konflik potensial antara
manajer dan pemegang sekuritas. Hal ini perlu dipertimbangkan jika biaya untuk
melaksanakan fungsi-fungsi tersebut lebih dari peningkatan nilai perusahaan
dengan kepemilikan luar subtansial.
Pendapat dari Michael Rozeff adalah bahwa pembayaran dividen menjalankan
fungsi yang sama dengan perjanjian dan pengawasan yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Dalam proses memberikan informasi tambahan kepada investor mengenai
tindakan dan tujuan manajemen, pembagian dividen dapat mengurangi biaya agensi
terkait dengan kepemilikan eksternal.
Analisis kebijakan dividen mengasumsikan bahwa dividen yang dibayarkan
kepada pemegang saham akan digantikan oleh isu-isu baru untuk membiayai
investasi yang sudah ada dan investasi
masa depan. Dalam studinya, Michael Rozeff mengasumsikan bahwa pemegang saham
menyadari bahwa perusahaan membiayai dividen dengan penawaran baru dengan biaya
tinggi. Namun demikian, mereka merasa bahwa proses ini diperlukan karena mereka
dapat mengamati syarat-syarat yang menjadikan munculnya pendanaan baru. Selain
itu, sangat dimungkinkan bahwa pemberi pinjaman tidak akan memberikan dana
kecuali mereka memperoleh informasi baru mengenai kegunaan dana tersebut,
pemegang saham saat ini dapat memperoleh informasi baru mengenai tujuan
manajemen melalui proses ini.
Alternatif lain untuk proses ini diakui secara tidak langsung dimana
pemegang saham belajar mengevaluasi pasar dari program investasi perusahaan
yakni manajemen yang mempertahankan modal investasi dan memberikan informasi setara
kepada pemilik dengan menggunakan cara lebih langsung – penyajian analisis
sekuritas, deklarasi kebijakan, surat pemegang saham, dan sebagainya. Dia
menduga bagaimanapun juga menginformasikan kepada pemegang saham dengan cara
alternatif ini mungkin tidak meyakinkan dan efektif sebagai informasi yang
diberikan oleh proses pembayaran dividen dan kemudian mendapatkan dana kembali
melalui penawaran pasar.
Sebuah
Model untuk Prosess Penentuan Deviden
Dari
literatur tentang keuangan
yang ada sampai saat ini, beberapa berisi percobaan tentang bagaimana perusahaan menggabungkan
faktor – faktor yang kecil menjadi sebuah logika tentang bentuk
atau model dari bagaimana perusahaan untuk menentukan kebijakan deviden.Dua teori yang paling berguna dalam pendekatannya terhadap penawaran
yang ditulis alam study
klasik John Litner dan study Higgins. Berdasarkan kesimpulannya dalam serangkaian
interview dengan beberapa manajer perusahaan pada tahun 1950an, Litner berpendapat bahwa perusahaan
rata- rata menentukan rasio target. Tapi karena management bersikeras enggan untuk memotong deviden, target rasio tidak dijaga secara ketat, tetapi hanya digunakan sebagai tuntunan yang kasar(penggunaan) .Jika perusahaan bersi keras untuk membayarkan di
luar persentase target dari pendapatan setiap tahunnya, lalu untuk tahun-tahun berikutnya ketika terjadi penurunan pendapatan, akan memerlukan pemotongan tingkat deviden
yang dibagikan. Untuk menghindari kemungkinan ini
,tingkat pembagian deviden hampir selalu disesuaikan secara bertahap dengan tingkat pendapatan saat
ini.
Kemudian untuk model yang diajukan oleh Higgins, berasumsi bahwa kebijakn deviden perusahaan mencerminkan usaha mereka dalam menjaga
ratio hutang atau equitas yang telah ditetapkan tanpa mengandalkan pendanaan dari luar terlalu sering.Demikian, dibandingkan dengan struktur modal yang ditentukan oleh perusahaan,
perusahaan merencanakan tingkat investasi
yang baru yang setara dengan arus kas operasi dan ini merupakan
variabel yang penting dalam pengaruh untuk menentukan deviden. Dalam model Higgins,hasil target
pembayaran deviden berasal dari
proses dimana saldo dari dua
offset dipertimbangkan menjadi
(1) keinginan untuk
menghindari atau meminimalisir biaya pengapungan yang diasosiasikan dengan penawaran equitas baru.(2)
sebaliknya berusaha untuk meminimalisir biaya yang datang bersamaan dengan
asset lancar yang berlebihan.
Penelitian
ini menunjukkan ketiga model proses
pembuatan keputusan dividen yang diakhiri semangat kepada Higgins,
tetapi mengabaikan kemungkinan pengaruh pajak. Saya berpendapat bahwa tindakan
rasional shareholder menharapkan menejemen meminimalkan gabungan biaya
transaksi dengan meningkatkan pendanaan eksternal dengan menerbitkan sekuritas.
Faktor ini dengan sendirinya, mengatakan bahwa menyimpan laba dan penarikan
kembali pembayaran dividen untuk pendanaan lebih tidak ada yang digunakan saat
ini, maupun yang diperkirakan akan digunakan untuk modal investasi.
Pertimbangan kerugian berperan untuk meningkatkan dividen dengan mengurangi “biaya
agensi” , yang paling mudah, pemisahan kepemilikan dan kontrol.
Pada model yang saya usulkan, keputusan dividen
menimbulkan sebuah penyeimbang strategi
dari dua tujuan yang berlawanan : mengurangi secara eksplisit biaya gabungan
dengan pendanaan eksternal; dan mengurangi peningkatan biaya implisit dari
konflik tingkat bunga luar biasa antara manajemen dan pemegang saham.
Pembayaran dividen ideal atau optimal merupakan salah satu yang dapat
meminimalkan jumlah biaya transaksi eksplisit pada peningkatan modal baru dan
biaya agensi karena sisa investor tidak yakin dengan perilaku manajemen.
Factor ketiga mungkin penting
untuk menentukan kebijakan dividen adalah operasi dan pengngkit keuangan
perusahaan. Dalam kondisi yang sama, jika sebuah perusahaan memiliki operasi
dan pengungkit keuangan relatif tinggi , ketergantungan pada pendanaan
eksternal akan meningkat.pertimbangan dua
perusahaan dengan ketersediaan dana yang sama (sebelum pembayaran
dividen) untuk investasi kembali lebih dari 3 periode, tetapi dengan perbedaan
signifikan pada operasi dan/atau pengungkit keuangan.
Merancang
Tes
Tahap selanjutnya dari penelitian Rozeff
bertujuan untuk memberikan dukungan empiris untuk teori yang sudah
dikemukakannya dengan mengambil sampel mengenai keputusan dividen dari
perusahaan di Amerika. Hal ini dilakukan dengan memeriksanya menggunakan metode
statistik. Karena tidak dimungkinkan untuk mengamatinya, apalagi mengukur
dampak dari pertimbangan offsetting pada perumusan kebijakan dividen
perusahaan. Masalah terbesar dalam merancang tes ini yakni sulitnya menemukan
variabel yang dapat diamati. Variable kuantitatif yang akan menjadi ukuran yang
baik yakni biaya transaksi, biaya agensi, serta biaya operasi dan pengungkit
keuangan. Setelah menemukan pengganti tersebut, tes dilanjutkan dengan mengukur
korelasi antara variabel pengganti dengan rasio pembayaran dividen.
Dalam rangka menguji korelasi ini,
digunakanlah teknik yang dikenal sebagai analisis regresi berganda. Prosedur
ini mencoba untuk menggambarkan hubungan antara variabel dependen (variabel
bunga) dengan sejumlah variabel independen lainnya. Variabel dependen merupakan
target dividen payout ratio perusahaan. Rozeff mengukur rasio pembayaran
dividen perusahaan dengan menghitung rata-rata rasio pembayaran aktual selama
tujuh tahun. Hal ini dikarenakan tujuh tahun tampaknya akan menjadi periode
yang cukup lama untuk fluktuasi yang biasa terjadi di pendapatan, tetapi tidak
begitu lama karena sejumlah besar perusahaan akan secara segnifikan mengubah
kebijakan dividennya.
Sebagai biaya pengganti transaksi pembiayaan
eksternal, Rozeff menggunakan dua variabel. Yang pertama adalah tingkat
pertumbuhan pendapatan perusahaan selama lima tahun dan yang kedua perkiraan
nilai tentang pertumbuhan pendapatan selama lima tahun kedepan. Jika suatu
perusahaan mengalami pertumbuhan yang cepat dalam masa lalu, cara untuk
meningkatkan penjualan mungkin telah dibutuhkan. Selain itu juga investasi baru
yang cukup besar. Dalam hal seperti ini, perusahaan akan cenderung mempertahankan
dana untuk menghindari pembiayaan eksternal dengan biaya yang menyertainya.
Jika pertumbuhan yang cepat diperkirakan dimasa depan, maka manajemen yang
bijaksana akan menghemat dana dengan membentuk rasio pembayaran rendah untuk
saat ini. Sehingga, rasio pembayaran dividen perusahaan berhubungan negatif
dengan kejadian masa lalu dan perkiraan pertumbuhan pendapatan.
Seperti yang sudah dikemukakan sebelumnya,
perusahaan dengan operasi dan leverage keuangan yang lebih tinggi juga akan
memilih pembayaran dividen yang lebih rendah untuk mengurangi biaya. Mengukur
pengaruh biaya agensi terhadap kebijakan dividen perusahaan itu lebih sulit.
Peran dividen yang lebih besar, untuk mengurangi kerugian yang tersirat dalam
nilai yang terkait dengan hilangnya kontrol atas keputusan manajemen oleh
pemegang saham eksternal. Oleh karena itu, semakin besar proporsi saham yang
dimiliki oleh pihak luar, maka semakin tinggi biaya keagenan sehingga semakin
tinggi tingkat yang diharapkan dari dividen. Yakni pemegang saham luar yang
memiliki bagian yang lebih besar akan menuntut dividen yang lebih tinggi
sebagai pengganti semacam mekanisme pemantauan.
Untuk alasan ini, Rozeff memilih persentase
saham yang dimiliki oleh orang dalam sebagai pengganti tingkat biaya agensi
kepemilikan eksternal. Prediksi Rozeff yang sesuai yakni bahwa perusahaan
dengan proporsi kepemilikan yang besar akan memiliki rasio pembayaran dividen
yang rendah, dan sebaliknya.
Saham
yang dimiliki oleh orang luar, bagaimanapun juga tidak mungkin satu-satunya ukuran permintaan dividen yang disebabkan oleh kepemilikan luar. Sejauh proporsi yang lebih
besar dari saham luar mungkin terkonsentrasi pada penyelenggaraan sebagian
kecil pemegang saham, pemegang saham luar mungkin dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku manajemen. Situasi ini akan berarti biaya agensi dan
pembayaran dividen yang lebih rendah.
Untuk kemungkinan ini, Rozeff juga berusaha untuk
menggunakan dispersi (penyebaran) kepemilikan antara pemegang saham luar
sebagai ukuran biaya agensi. Yaitu, jumlah sebenarnya dari pemegang saham dapat
mempengaruhi keputusan dividen, dengan penyebaran yang lebih besar kepemilikan
menyebabkan dividen yang lebih tinggi. Maka, diharapkan pembayaran dividen akan
berhubungan positif dengan jumlah pemegang saham di perusahaan.
Dalam rangka untuk menguji prediksi ini, beliau
mengumpulkan sampel dari 1000 perusahaan yang mewakili 64 industri. Dan sengaja
mengeluarkan perusahaan yang terregulasi karena status peraturan mereka. Serta
juga menghilangkan perusahaan asing dan perusahaan eksplorasi minyak karena
praktek akuntansi mereka secara signifikan dapat mempengaruhi rasio pembayaran
dividen yang diamati. Dengan demikian tes ini didasarkan pada luas sampling
data non-keuangan, perusahaan tidak terregulasi, dan hasil analisis regresi
dapat dilihat sebagai khas utama perusahaan Amerika yang tidak terregulasi.
Hasil dari regresi statistik menunjukkan
dukungan kuat untuk model bagan yang lebih awal. Semua variabel yang diusulkan
berkorelasi dengan kuat (dalam arah prediksi) dengan tingkat pembayaran deviden. Pertumbuhan tingkat bunga
yang tinggi di masa lalu dan yang diprediksikan, lebih tinggi”beta”, dan
proporsi kepemilikan orang dalam lebih tinggi semuanya bergebung dengan kuat
dengan sebuah pembayaran deviden yang banyak.
Pengujian juga menunjukkan industri sebuah
perusahaan tidak dapat membantu menjelaskan pembayaran deviden ini. Arti nyata
dari penemuan pengaruh indutri pada hasil penelitian sebelumnya dari fakta di
mana variable lain sering kali sama dalam
sebuah pemberian industri. Kesamaan-kesamaan ini, pada hakekatnya bukan industri yang spesifik., alasan mendasar
mengapa perusahaan di industri yang sama sering mempunyai
kebijakan-kebijakan deviden sama.
Hasil
Hasil-hasil dari analisis regresi dapat
diinterpretasikan sebagai berikut :
1.
sebuah
perusahaan meramalkan sebuah pertumbuhan tingkat bunga tahunan 7% dapat menjadi ekspektasi untuk
mendapatkan sebuah rasio pembayaran yaitu 11% lebih tinggi dari pada perusahaan
dengan ekspektasi pertumbuhan tingkat bunga 20%
2.
sebuah
perusahaan dengan beta rendah 0, 75 dapat menjadi ekspektasi untuk mendapat
sebuah taksiran rasio pembayaran 13% lebih tinggi daripada sebuah perusahaan
dengan beta relative tinggi pada 1, 25
3.
kenaikan
sepuluh kali lipat jumlah share holder perusahaan dari 500 menjadi 5.000 secara
khusus meningkatkan rasio pembayaran deviden sebesar 6%; kenaikan 10% yang
lain, dari 5.000 menjadi 50.000 share holder, ekspektasi pembayaran dapat
meningkat setiap enam poin.
4.
sebuah
perusahaan tanpa pemilik orang dalam
saham khusus mempunyai pembayaran deviden sebesar 5 % lebih tinggi saham milik
orang dalam.
Ketika semua dari faktor-faktor ini adalah
perseroan terbatas menjadi model tunggal, mereka menunjukkan sebuah tanggapan
prediksi dari rata-rata perusahaan individu atau rasio
pembayaran deviden yang telah ditargetkan.
Sebagai contoh, berdasarkan hasil penelitian tersebut, prediksi model
Deere & Co. dapat diekspektasikan untuk mempunyai target rasio pembayaran
deviden 39%. Ini melebihi pembayaran aktual tujuh tahun terakhir yang memiliki
rata-rata 35%. Salah satu pengugunaan potensial dari model ini, kemudian,
apakah kenaikan rasio pembayaran deviden pada perusahaan individual segaris dengan
praktik pasar sekarang.
Bagian yang paling mendorong penemuan ini
kekuatan dukungan mereka untuk”biaya agensi” dasar pemikiran untuk deviden yang
lebih tinggi. Saya tidak ingin mengakui, bagaimanapun juga, ini hanya
penjelasan signifikan dari variable pengganti. Pertimbangannya, dalam hal ini ,
perkumpulan antara tingginya kepemilikan pihak dalam dan rendahnya dividen, dan
kemudian mengingat bahwa pajak dividen setinggi tingkat bunga capital gain.
Jika seorang pemimpin hanya memperoleh 100 lembar saham, mungkin sedikit dari
kekayaanya, keputusan untuk dividen
kurang mempengaruhi pertimbangan pajak , jika mengatakan, 50% dari kekayaan
diinvestasikan dalam saham perusahaan. Perluasan yang membantu orang dalam
menunjukkan sebuah porsi signifikan dari kekayaan mereka, kecenderungan dari
perusahaan dengan proporsi kepemilikan pihak dalam banyak untuk membayar
dividen rendah merefleksiakan dengan sederhana keputusan manajemen untuk
menghindar dari pajak.
Ini, tentu tidak hanya bagian dari cerita.
Karena kita juga menemukan jumlah shareholder yang berkumpul secara nyata dengan
dividen tinggi, sebuah cerita ketetapan pajak mungkin mempunyai pendapat bahwa
jumlah share holder yang banyak
mengimplikasikan pajak investor
menjadi berkurang dan versa wakil. Jika ini benar, yang lebih banyak
shareholder., mengurangi penghindaran pajakuntuk dividen oleh shareholder
tersebut, dan tingginya ekspektasi pembayaran dividen. Percobaan untuk membedakan ini dan
menghubungkan teori-teori dari penjelasan biaya agensi dari dividen harus
ditinggalkan untuk penelitian di masa depan.
Kesimpulan
Kebijakan dividen tetap menjadi misteri bagi kalangan ekonom keuangan,
dengan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Teori ini didasarkan pada
keberadaan pasar tidak sempurna, yakni terdapat biaya transaksi yang terkait
dengan penerbitan sekuritas baru dan biaya agensi yang muncul dari kepemilikan
eksternal perusahaan. Sedangkan dividen yang lebih tinggi meningkatkan biaya
flotasi terkait uatng baru atau penawaran ekuitas, mereka juga dapat informasi
tambahan tentang tujuan manajemen yang sebagian akan memperbaiki masalah
keagenan. Kebijakan dividen yang ideal atau optimal adalah kebijakan yang
meminimalkan kombinasi transaksi dan biaya agensi.
Dalam
mendukung teori bagaimana perusahaan memilih keputusan dalam rasio pembayaran
dividen, dalam studinya Rozeff melengkapi bukti empiris yang konsisten dengan
proporsi sebagai berikut.
1.
Perusahaan
menetapkan rasio pembayaran dividen yang lebih rendah ketika mengalami atau
berharap untuk mengalami pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi, karena
mungkin pertumbuhan ini memerlukan pengeluaran investasi yang lebih tinggi.
Bukti ini mendukung pandangan bahwa kebijakan investasi mempengaruhi kebijakan
dividen. Pendapat mengenai alasan mengapa kebijakan investasi mempengaruhi
kebijakan dividen adalah bahwa untuk mendapatkan modal eksternal membutuhkan
biaya yang mahal.
2.
Perusahaan dengan leverage keuangan dan operasi yang lebih
tinggi menetapkan rasio pembayaran dividen yang lebih rendah. Bukti ini mendukung pandangan bahwa pembayaran dividen adalah beban tetap yang menggantikan biaya tetap lainnya.
3.
Perusahaan
menetapkan dividen yang lebih tinggi ketika orang dalam memegang
fraksi yang lebih rendah dari ekuitas dan sejumlah besar pemegang saham
memiliki ekuitas dari luar. Bukti ini mendukung pandangan bahwa ada permintaan
untuk dividen pemegang saham berdasarkan dirasakan kurangnya kontrol atas
informasi tentang keputusan manajemen.
4.
Faktor-faktor yang lebih mendasar di atas telah dipertimbangkan tetapi faktor industri tidak membantu menjelaskan rasio pembayaran dividen. Bukti ini mendukung pandangan bahwa jika aturan dasar industri yang digunakan untuk
menetapkan rasio pembayaran dividen, mereka berada pada pengganti terbaik untuk variabel yang lebih mendasar lainnya.
Tampaknya aman untuk menyimpulkan bahwa rasio pembayaran dividen tidak secara acak didistribusikan di
antara perusahaan. Dengan kata lain, tampaknya ada pola yang dapat diprediksi tentang perilaku dividen antar perusahaan. Polanya pada gilirannya dapat mencerminkan keputusan manajemen perusahaan yang konsisten dan rasional, yaitu mereka menghemat kekayaan pemegang saham. Kemajuan lebih jauh dalam memahami faktor-faktor penentu kebijakan dividen akan lebih baik disajikan dengan bergerak menjauh dari fokus pada pasar modal yang sempurna. Meskipun secara internal konsisten dan dengan demikian titik awal yang logis bagi perusahaan untuk merumuskan kebijakan dividen. Pendapat Modigliani dan Miller tidak bisa menjelaskan bagaimana perusahaan yang benar-benar mengacu pada kebijakan dividen. Hal ini akan dicapai hanya dengan berkonsentrasi perhatian kita pada orang-orang dalam ketidaksempurnaan pasar yang banyak mengabaikan literatur.